Latest News

Sunday, June 30, 2013

Misa Karismatik?

Tidak sedikit orang bertanya-tanya, apakah Misa Karismatik adalah istilah yang baku didalam Gereja Katolik. Didalam Gereja Katolik sendiri, sungguh benar adanya bahwa Gerakan Pembaharuan Karismatik merupakan gerakan yang resmi didalam Gereja Katolik, namun yang perlu digaris bawahi disini adalah istilah �Karismatik� didalam Gereja Katolik adalah sebuah GERAKAN dan bukanlah sebuah bentuk misa atau ritus dalam Perayaan Ekaristi. 

Sehingga tidak pernah ada terminology �Misa Karismatik�, didalam Gereja Katolik. Ini bukanlah istilah resmi dan tidak pernah diakui Gereja. Gereja Universal menerima karunia ini, sebagai sebuah bentuk gerakan yang memberikan semangat pembaharuan. Sehingga Gereja tidak menerima gerakan ini, dalam artian sebagai sebuah bentuk Misa atau Ritus Liturgi yang baru.

Karismatik begitu identik dengan tepuk tangan saat bernyanyi, lagu rohani populer. Namun ironisnya keidentikan gerakan Karismatik ini malah dimuat didalam Misa kudus yang identik dengan keheningan. Sekarang timbul pertanyaan mengapa panitia gerakan ini malah memasukkan unsur-unsur tersebut kedalam Perayaan Misa kudus, apakah Liturgi Gereja itu kurang bersemangat, membuat ngantuk dan itu-itu saja? Inilah sisi negatif dari gerakan ini dimana unsur tersebut entah secara sengaja maupun tidak dimasukkan kedalam Perayaan Ekaristi. 


Disinilah peranan Uskup dan Imam diperlukan, tanggung jawab untuk menegaskan karisma-karisma terletak pada hirarki Gereja. Pembaharuan ada dibawah bimbingan pastoral Uskup setempat di dalam suatu Keuskupan. Seorang Uskup apabila perlu, akan memberikan pedoman-pedoman atau mengabulkan statuta-statuta agar sebuah gerakan (contohnya gerakan Karismatik) dapat menjalankan misinya didalam Gereja dengan berlandaskan izin dari Uskup setempat.

Paus Yohanes Paulus II mendorong para Uskup dan para imam untuk terbuka terhadap pembaruan, untuk menanggapi secara positif akan permintaan pelayanan sakramental dan untuk memelihara pembaruan didalam kehidupan arus utama kehidupan Gereja. Disini kita sungguh-sungguh bisa melihat, betapa luar biasanya kasih Allah bagi Gereja yang didirikanNya sendiri, ia mengkaruniakan gerakan ini kepada GerejaNya agar Gereja semakin dipenuhi oleh Roh Kudus. Untuk menjadi garam dan terang bagi dunia.

Gereja seperti yang diamanatkan oleh Paus Yohanes XXIII harus bersifat seperti sebuah jendela dimana orang-orang yang sedang mencari Allah yang sejati dapat memandang Gereja Katolik sebagai satu-satunya Gereja yang Allah dirikan didunia dan mampu merasakan keselamatan yang Allah berikan bagi GerejaNya dan sekaligus orang-orang didalam mampu melihat dunia, menjadi berkat bagi sesama dan dunia. 

Gereja telah mencapai usia lebih dari 2000 tahun, Gereja Katolik dimasa kini harus bersifat dinamis, dimana Gereja harus terbuka terhadap pembaharuan. Disini kita melihat berkat dari Konsili Vatikan II atas reformasi Liturgi. Namun kedinamisan Gereja tidak bisa kita gunakan semena-mena untuk memenuhi selera kita terhadap Liturgi Gereja contohnya memasukkan unsur-unsur lagu rohani populer, tepuk tangan gara-gara misa tersebut di atur oleh Badan Pelayanan Karismatik kedalam Perayaan Misa Kudus. Ini keliru namanya.

Tidak harus kita membangga-banggakan gerakan Karismatik. Gereja Katolik sudah terlalu kaya jauh sebelum gerakan ini muncul, dengan berbagai ritus didalamnya. Inilah yang perlu kita banggakan dari Gereja Katolik. Ritus Barat dan Timur, inilah lambang keagungan Gereja Katolik sebagai Gereja Universal.

Sehingga kesimpulannya cukup sederhana, tidak pernah ada yang namanya �Misa Karismatik� didalam Gereja Katolik. Dan satu hal lagi, Gerakan ini digolongkan sebagai Gerakan Gerejani oleh Dewan Kepausan bagi kaum awam, sehingga gerakan ini tidak dikaruniai, lindungan kuasa Infabillitas oleh Gereja sehingga apabila gerakan ini dikemudian hari, bisa memberikan dampak buruk maupun bisa pula melenceng dari Hukum Gereja. Maka ada kemungkinan gerakan ini bisa distop oleh Gereja. 

Lihat juga: Penjelasan terhadap Gerakan Karismatik
Dominus illuminatio mea!

Thursday, June 20, 2013

Nama Santo Yosef Ditambahkan Di DSA

Pada hari Rabu, 19 Juni 2013, Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tertib Sakramen mengeluarkan dekrit tertanggal 1 Mei 2013 dan ditandatangani oleh Prefek dari Dicasteries itu, Antonio Canizares Kardinal Llovera, yang menetapkan bahwa, setelah Santa Perawan Maria, nama suaminya Santo Yosef juga dibacakan dalam Doa Syukur Agung II, III, dan IV.


"Umat beriman dalam Gereja Katolik", membaca dekrit tersebut, "telah menunjukkan devosi terus menerus kepada Santo Yosef dan telah sungguh-sungguh dan terus-menerus menghormati kenangannya sebagai suami tersuci dari Bunda Allah dan sebagai Pelindung surgawi dari Gereja semesta. Karena alasan ini Beato Paus Yohanes XXIII, pada hari-hari Konsili Ekumenis Vatikan II yang Mahakudus, mengeluarkan dekrit bahwa nama Santo Yosef ditambahkan pada Kanon Romawi kuno. Dalam menanggapi petisi-petisi yang diterima dari tempat-tempat di seluruh dunia, Paus Benediktus XVI menganggap petisi-petisi tersebut layak implementasi dan dengan anggun menyetujuinya. Paus Fransiskus juga baru-baru ini mengukuhkannya. Dalam hal ini para Paus memiliki di hadapan mata mereka persekutuan penuh Para Kudus yang, pernah berziarah di dunia ini, kini menuntun kita kepada Kristus dan mempersatukan kita dengan Dia".

�Sehubungan dengan teks Latin, rumusan-rumusan tersebut dengan ini dinyatakan khusus. Dengan sendirinya Kongregasi akan segera menyediakan terjemahan asli dalam bahasa-bahasa Barat yang lebih luas; mengenai bahasa-bahasa lain, terjemahan harus disiapkan oleh Konferensi Waligereja, menurut norma hukum, untuk dikukuhkan oleh Tahta Suci melalui Dikasteri ini�.

Berikut adalah rumusan-rumusannya:
Dalam Doa Syukur Agung II : �... ut cum be�ta Dei Genetr�ce V�rgine Mar�a, be�to Ioseph, eius Sponso, be�tis Ap�stolis....� (�.... yang bersama Santa Maria, Perawan dan Bunda Allah, bersama Santo Yosef, suaminya, bersama para rasul....�)
Dalam Doa Syukur Agung III:�.... cum beat�ssima V�rgine, Dei Genetr�ce, Mar�a, cum be�to Ioseph, eius Sponso, cum be�tis Ap�stolis....� (�..... bersama Santa Perawan Maria, Bunda Allah, bersama Santo Yosef, suaminya, bersama para rasul-Mu yang kudus.....�)
Dalam Doa Syukur Agung IV: �.....cum be�ta V�rgine, Dei Genetr�ce, Mar�a, cum be�to Ioseph, eius Sponso, cum Ap�stolis.....� (�.... bersama Santa Perawan Maria, Bunda Allah, bersama Santo Yosef, suaminya, bersama para rasul....�) (PS)

Diolah dari sumber : Radio Vatican; Zenith.org

Ditulis ulang oleh Katolisitas Indonesia dari admin sebuah page Katolik bersignature ~Dv

Saturday, June 15, 2013

8 Alasan Menghadiri Misa Kudus

"Misa itu membosankan." "Saya tidak mendapatkan apa-apa dari Misa Kudus - mengapa saya harus menghadarinya?" "Mengapa saya tidak berdoa secara sendirian saja?" Ini adalah ungkapan perasaan yang terkesan begitu familiar, terutama di kalangan orang muda, tetapi di antara banyak orang dewasa juga. Sekarang, bagaimana cara kita menanggapinya?

"Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku." (Lukas: 22:19)~ + Tuhan Yesus +

Adorasi Ekaristi bersama Paus Benediktus XVI di Basilika St. Petrus
"Jika Anda benar-benar merenungkan siapa diri anda, siapa Allah itu, dan seberapa banyak rasa ungkapan terima kasih anda kepadaNya, anda harus menghadiri Misa kudus. Misa kudus akan menjadi sumber dan pusat hidup spiritualitas hidup Anda." ~ James Stenson

Ini adalah ungkapan perasaan yang terkesan sudah membumi di masyarakat umum, terutama di kalangan banyak orang muda, tetapi di antara banyak orang dewasa juga. Uskup Agung Fulton J.Sheen, ketika memberikan sebuah retret bagi kalangan remaja, sekali waktu ia pernah menjelaskan makna yang dalam dari Misa kudus. Dia berkata, "Jika anda tidak mendapatkan sesuatupun dari Misa kudus, itu karena Anda tidak mempunyai hati yang merindukannya. "Misa itu bukanlah sebuah bentuk entertaiment, katanya. Ini adalah kesempatan besar bagi kita, untuk menyembah Allah yang menciptakan kita dan menyelamatkan kita. Di kesempatan ini pula, kita bisa meluangkan waktu untuk memuji Allah dan berterima kasih kepada-Nya, atas segala sesuatu yang telah Ia perbuat bagi kita.

Jika kita memiliki pemahaman yang benar Misa, Uskup Sheen mengatakan, itu akan menjadi lebih bermakna bagi kita. Kami akan ingin pergi ke Misa Kami akan memahami mengapa Misa adalah karunia Allah yang berharga kepada kami, dan kami tidak akan berpikir untuk menolak hadiah itu. Berikut adalah delapan alasan untuk menghadiri Misa kudus:

1. Perintah Allah
Perintah Ketiga dari Sepuluh Perintah, yang Allah berikan kepada Musa "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat" (Keluaran 20:8).

2. Perintah Kristus
Mengapa kita harus menguduskan hari Sabat dengan menghadiri Misa? Misa dilambangkan sebagai Perjamuan Terakhir, sesaat sebelum Yesus disalibkan. Perjamuan Terakhir adalah Misa yang pertama dalam sejarah.

Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya... Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. (Lukas 22:14,19).

Ketika kita merayakan Misa kudus, kita mengenang Perjamuan Terakhir, seperti yang diamanatkan Yesus bagi kita untuk dilakukan. Dalam melakukan hal ini, kita mengenang dan melihat kembali kasih Allah yang begitu besar terhadap kita di kayu Salib, mengampuni dosa-dosa kita sehingga apabila kita mengikuti apa yang diperintahkanNya, kita akan bersama Ia kelak dalam Kerajaan Surga.

3. Perintah Gereja
Gereja mengajarkan bahwa kita harus menaati perintah Yesus ("Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku") dengan menghadiri Misa Minggu (atau Misa Vigil malam sebelumnya). Katekismus Gereja Katolik (1994, hlm 493-94) menjelaskan bahwa dengan menghadiri Misa pada hari Minggu dan pada Hari Raya adalah sebuah kewajiban yang utama dari lima Perintah Gereja. Perintah Gereja juga mengharuskan kita, sekurang-kurangnya menyambut Komuni setidaknya sekali setahun selama masa Paskah, mengaku dosa sebagai persiapan untuk Komuni, dan mengamati hari-hari yang ditentukan sebagai hari puasa dan pantang. Perintah ini menguraikan tanggung jawab yang minimal sebagai seorang Katolik. Apabila kita gagal untuk memenuhi kelima Perintah ini, akibat dari kesalahan kita sendiri, Gereja mengajarkan, bahwa ini adalah dosa yang serius.

4. Otoritas Yesus didalam Gereja
Mengapa kita harus mematuhi ajaran-ajaran Gereja? Darimana Gereja mendapatkan Otoritas tersebut? Dari Yesus. Dalam Matius 16:18-19, Yesus memilih Petrus sebagai Pemimpin Gereja-Nya - Paus pertama. Dia memberikan kepada Petrus dan Gereja "Kunci Kerajaan Surga": Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GerejaKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Otoritas Gereja dalam iman dan moral adalah mutlak karena otoritas Kristus adalah mutlak.

5. Apa yang kita lakukan dalam Misa?
Misa kudus pertama-tama adalah segala pengorbanan, pengorbanan yang sempurna, yang diberikan oleh Yesus. Melalui imam, kita mempersembahkan Tubuh dan Darah Yesus, seperti Yesus yang mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa di kayu Salib. Dalam cara yang unbloody, kita mengenang dan menghadirkan kembali, wafat dan kebangkitan Kristus. Melalui peringatan ini, kita mempunyai kesempatan besar untuk memuji Allah, menangisi dosa-dosa kita, dan menghaturkan segala pujian syukur terima kasih kepada Allah Bapa.

Disamping itu Misa kudus juga adalah sebuah santapan. Pada saat Konsekrasi, roti dan anggur, melalui daya kuat kuasa Roh Kudus, menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ini bukanlah simbol belaka, tetapi Tubuh dan Darah Kristus yang nyata dalam rupa roti dan anggur. Ketika kita menyambut Komuni Kudus, kita menyambut Kristus sendiri kedalam hati kita. Dia adalah santapan yang manis bagi jiwa kita. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya,  kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.� (Yohanes 6:53-56)

Apa manfaat dari Komuni Kudus? Ini memperkuat persatuan kita dengan Yesus, Dia tinggal dalam diri kita dengan cara yang amat khusus. Ini membersihkan kita dari dosa-dosa ringan. (Dosa berat membutuhkan pengampunan dari Sakramen Tobat.) Ini memberi kita sebuah kekuatan sekaligus karunia untuk membenci dosa dikemudian hari. Dengan menyambut Komuni kudus pula, kita dipersatukan untuk mempererat persatuan cinta kasih antara Allah dengan sesama kita.
Misa Latin Tradisional
6. Mengapa kita harus menyembah Allah bersama dengan orang lain?
Tuhan Allah menciptakan kita sebagai makhluk sosial. Dia ingin kita datang bersama-sama sehati sejiwa untuk menyembah Dia. Yesus berkata, "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada ditengah-tengah mereka" (Matius 18:20).

7. Apa akibatnya bagi orang lain jika kita berhenti datang kedalam Misa kudus?
James Stenson menunjukkan:

"Nenek moyang kita menanggung beban penganiayaan, bahkan ancaman kematian, untuk dapat ambil bagian dalam Misa. Apabila anda memiliki anak suatu hari nanti, mereka akan membutuhkan rahmat dan kekuatan yang berasal dari Misa kudus. Dan jika Anda gagal untuk mewartakannya karena ketidakpedulian Anda sendiri, anda telah melakukan sebuah tindakan ketidakadilan yang parah kepada mereka dan kepada Allah. Anda memiliki kemampuan untuk memadamkan satu generasi Iman yang telah menghidupi keluarga Anda selama beberapa generasi. Ini adalah sebuah tanggung jawab yang besar. Dan anda harus mempertanggungjawabkan semua itu kepada Allah, kelak suatu hari nanti."


8. Manfaat Misa
Jika kita memberikan Allah sebuah kesempatan, Dia akan membantu kita untuk mengalami sebuah saat yang luar biasa dari Misa dan Ekaristi.

James Stenson menulis: "Bersabarlah untuk membawa sikap doa dan syukur kedalam Misa, dan anda akan menuai kekayaan rohani yang besar: penghiburan, pengharapan, kedamaian, kebahagiaan yang mendalam, dan kekuatan rohani untuk menghadapi tantangan kehidupan."

Ibu Teresa pernah menulis: "Yesus adalah Allahku, Yesus adalah pendamping hidupku, Yesus adalah hidupku, Yesus adalah segalanya bagiku. Dan karena saya memiliki Yesus, saya tidak pernah takut.� Ibu Teresa menghadiri Misa setiap hari. Jika kita mencintai Misa kudus seperti yang dia lakukan, kita akan hidup didalam Yesus dan Ia didalam hidup kita, dan kita tidak akan pernah takut.

Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari situs Catholiceducation.org

Thursday, June 6, 2013

Katolisisme Tidak Sama Dengan Latinisme


�Kita harus berjuang untuk memastikan bahwa Latinisme dan Katolisisme tidak lagi bersifat sinonim, bahwa Kekatolikan harus terbuka kepada setiap kebudayaan, setiap semangat, dan setiap bentuk organisasi yang selaras dengan kesatuan iman dan cinta kasih. Pada saat yang sama, dengan teladan kita sendiri, kita harus mendesak Gereja Ortodoks untuk mengakui bahwa persatuan [�] dengan Tahta Petrus dapat dicapai tanpa membuat mereka meninggalkan Ortodoksi- 

Yang Terberkati Maximos IV
Patriarkh Antiokhia, Alexandria dan Yerusalem untuk Gereja Katolik Melkite

Beberapa bulan ini saya telah membaca buku �Gereja Melkite Dalam Konsili Vatikan II� yang berisi berbagai pidato, intervensi, dan catatan Patriarkh Maximos sejak masa persiapan Konsili sampai pada penutupannya. Dalam masa-masa itu Maximos menunjukkan visinya yang tegas bahwa Katolisisme harus universal, Gereja Katolik tidak identik dengan Gereja Latin.


Memang benar bahwa dari 1,1 milyar umat Katolik, hampir seluruhnya adalah anggota Gereja Latin, dan Pengganti St. Petrus menggembalakan sebuah Keuskupan Ritus Latin dan pada umumnya ia menggunakan ritus Latin untuk merayakan Liturgi Suci yang dipimpinnya. Tetapi ini sama sekali tidak berarti bahwa Ritus Latin adalah Ritus utama Gereja, hal itu juga tidak berarti bahwa Gereja Latin adalah �Gereja utama� dalam Gereja Katolik. Sebaliknya, yang benar ialah Gereja Latin adalah satu dari 22 Gereja sui-iuris (otonom) yang membentuk Gereja Katolik dengan Uskup Roma sebagai kepala persekutuan.


Sejak berakhirnya Konsili Fireze (Florence) telah terjadi ketidakadilan dalam Gereja Katolik yang dimulai dengan penempatan para Kardinal Romawi secara lebih terhormat daripada para Patriarkh dalam Konsili-konsili dan dalam upacara-upacara resmi Gereja Katolik (pada Konsili Firence sendiri para Patriarkh masih diberi kehormatan lebih tinggi, namun sesudahnya barulah kekacauan itu dimulai).


Kekacauan ini kemudian merambat dari atas ke bawah dan berakhir pada Latinisasi besar-besaran terhadap Gereja-gereja Timur yang bersekutu dengan Roma. Seringkali Latinisasi ini terjadi karena sebagian Uskup dan Imam yang menjadi misionaris di daerah-daerah Timur secara salah menganggap bahwa Katolisisme identik dengan Latinisme dan mencurigai apa saja yang berbau Timur.


Kita bersyukur bahwa Roh Kudus tidak tinggal diam, perlahan-lahan para Paus bertindak menghentikan Latinisasi. Saat yang paling menentukan adalah Paus Leo XIII dengan ensiklik Orientalium Dignitas yang menjadi awal titik balik yang mencapai puncaknya pada Konsili Vatikan II yang memberi mandat kepada Gereja-gereja Timur untuk kembali kepada tradisinya yang asli dan memeliharanya.


Semua Paus pasca-Vatikan II menunjukkan penghormatan dan pengakuan terhadap tradisi-tradisi Timur; Paulus VI mengizinkan untuk tidak menggunakan �filiouqe� (dan Putera) pada Pengakuan Iman Nicaea-Konstantinopel yang dinyanyikan di Gereja-gereja Timur, Yohanes Paulus II menulis ensiklik Orientale Lumen yang mengakui kekayaan warisan rohani Gereja-gereja Timur dimana sebagai orang Polandia ia cukup dekat dengan Gereja-gereja Katolik Ritus Byzantine yang ada di negaranya.


Kembali ke Konsili Vatikan II, pada masa Konsili itu para Patriarkh Timur masih juga ditempatkan dalam urutan kehormatan sesudah para Kardinal Romawi. Patriarkh Maximos menentang urutan ini dan meminta agar tatanan kehormatan yang tradisional dan kuno dikembalikan. Sejumlah Uskup Latin menentangnya dan mengatakan bahwa Gereja Katolik Timur adalah �buatan� Paus dan karenanya para Patriarkhnya tidak layak diperlakukan seperti yang diatur dalam Konsili-konsili kuno. Patriarkh Maximos menjawab mereka (dengan perkataan yang merupakan perkataan favorit saya):


�5. Akhirnya, keberatan yang diajukan adalah saat yang wajar untuk mengakui keutamaan para Patriarkh Timur sebagaimana mereka miliki sebelum skisma adalah saat para Patriarkh �sejati� yaitu para Patriarkh Ortodoks menyetujui untuk membicarakan persatuan. Tetapi para Patriarkh Timur yang sekarang hadir di Konsili ini adalah buatan baru dari Tahta Suci, dan karenanya memberikan tingkatan dan kuasa itu tidaklah tepat.


- Konsep ini, yang menyangkal bahwa para Patriarkh Katolik Timur adalah pengganti yang legitim dari para pendahulu mereka di tahta masing-masing, adalah senjata baru para �latinis� yang digunakan untuk menentang para Katolik dari Ritus-ritus Timur. Malang bagi mereka, karena walaupun konsep ini mungkin akan diterima oleh para Ortodoks yang terpisah dari Roma, namun tidak dapat diterima oleh orang Katolik dan secara mutlak bertentangan dengan pemikiran para Paus sendiri.


Karena kami tidak dapat menyajikan begitu banyak teks-teks kepausan yang mendukung pandangan kami, kami hanya membatasi dengan mengajukan teks-teks yang berkaitan dengan Kepatriarkhan Antiokhia kami sendiri, yang saat dijabat oleh Cyril VI Tanas menyatakan persatuan dengan Roma tahun 1724. Saat utusan Paus menahtakannya pada tanggal 25 April 1730, utusan Paus mengakui dia sebagai �Patriarkh Antiokhia yang legitim.� (Masi, Vol 46. col, 189) Sementara itu Paus Benediktus XIV, dalam pidatonya pada konsistori 3 februari 1744, mengakui Cyril VI sebagai satu-satunya pejabat Tahta Ortodoks yang sejati di Antiokhia, dan mengatakan tentang Patriarkh tandingganya Sylvester �ia telah merampas tahta patriarchal� dan megatakan kepada para Melkite bahwa didalam mereka �sisa-sia terhormat dari Gereja Antiokhia, yang sebelumnya terkubur, telah bangkit kembali kepada kehidupan� (Ibid., col. 340)


Dalam surat tanggal 29 Februari 1744, yang ditujukan juga kepada Patriarkh Cyril, Benediktus XIV mengungkapkan dirinya dengan cara ini: �Sementara kami mengakui bahwa Gerea Antiokhia Yunani yang terhormat, telah terpisah dari tahta Roma untuk waktu yang lama karena sksma yang mengerikan dan dikendalikan oleh para Patriakh yang terjangkit wabah skisma, sekarang akhirnya telah diserahkan kepadamu hai saudara, untuk kau jaga sebagai gembalanya yang sah.� (Ibid. col. 341) Dan Paus melanjutkan dengan menyatakan bahwa ia sungguh bergembira karena ia kini dapat sekali lagi memasukkan nama Patriarkh Antiokhia ke dalam diptychs Gereja Roma. Dari semua ini, jelaslah bahwa, bagi para Paus, Kepatriarkan Katolik Melkite Yunani adalah kelanjutan yang sah dari suksesi Tahta Antiokhia. Karenanya hak dan keistimewaan yang sama adalah hak bagi para Patriarkhnya sebagaimana para pendahulu kuno mereka.

Keberatan lain dapat diajukan, dan akan mudah untuk menjawabnya. Jantung utama dari permasalahan ini adalah: haruskah Gereja Katolik pada masa kita secara murni dan sederhana mengakui perkembangan yang hanya terjadi dalam lingkungan Latin Barat yang memunculkan Kekardinalan, atau harusnya sekali lagi diadakan penyelarasan berbagai institusi modern Barat dengan institusi yang lebih kuno di Timur? Dengan kata lain, apakah Katolisisme adalah perluasan Latinisme yang bersifat menaklukkan? Ataukah Katolisime adalah institusi ilahi, supra-regional, supra-nasional dimana tradisi Timur dan Barat memiliki hak yang pada dasarnya sama? Masalah tingkatan para Patriarkh Timur bukanlah masalah keutamaan dan kemuliaan kosong. Tetapi, menunjukkan suatu pengembalian kepada konsep eklesiologi yang lebih otentik dan apostolik. 


Paus Pius XII dengan Patriarkh Antiokia, Maximos IV
Dalam sesi-sesi Konsili selanjutnya urutan kehormatan para Patriarkh dipulihkan dan terjadi perkembangan yang positif. Namun, sesudah Vatikan II terjadilah suatu perkembangan yang sangat negatif yaitu diangkatnya para Patriarkh Timur menjadi Kardinal. Pengangkatan ini pada umumnya disambut dengan ketidakpuasan dan kekecewaan di kalangan Timur, walaupun jalan tengah dapat diambil yaitu para Kardinal Patriakh tidak menerima gelar berupa dekanat, Paroki, atau Keuskupan di sekitar Roma.

Secara tradisional para Kardinal adalah pembantu Paus sebagai Patriarkh Gereja Latin. Dewan Kardinal terdiri terutama dari 6 orang Uskup yang menangani keuskupan-keuskupan pinggiran kota Roma yang pada awal abad pertengahan memiliki banyak penduduk dan para Uskupnya memiliki peranan penting namun pada masa ini enam keuskupan itu hanya menjadi daerah pinggiran yang sepi dan secara nyata tidak memiliki peran apa-apa. Selebihnya para Kardinal terdiri dari para Pastor di Paroki-paroki besar di kota Roma, dan para Diakon yang memimpin diskateri-diskateri (komisi-komisi) Keuskupan. 


Sementara saya tidak keberatan seorang Patriarkh Timur mengikuti konklaf (sementara beberapa orang Katolik Timur merasa aneh jika Patriarkh mereka harus terlibat dalam pemilihan Patriarkh Gereja Roma) dan bahkan merasa sangat perlu para Patriarkh Timur mengikuti konklaf, sangatlah tidak tepat jika mereka diangkat menjadi Kardinal Romawi. Tampaknya jauh lebih tepat dan lebih baik jika aturan konklaf (pemilihan Paus) diubah menjadi konklaf diikuti oleh para Kardinal Romawi dan semua kepala Gereja-gereja sui iuris dalam Gereja Katolik. Dibalik persoalan Kardinal ini, masalah sebenarnya adalah sama seperti yang diungkapkan Patriarkh Maximos yaitu eklesiologi yang terlalu berorientasi kepada Gereja Latin.


Pidato Maximos IV dan pengangkatan para Patriarkh sebagai Kardinal menunjukkan bahwa kesetaraan antara Gereja Latin dan Gereja-gereja Timur sebagai sesama Gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik belum dicapai sepenuhnya.


Ditulis ulang dari tulisan Frater Daniel Pane.CSE dengan beberapa penambahan.

Sunday, June 2, 2013

Mukjizat Ekaristi Di Faverney


Pada tahun 1608, Prancis menjadi sebuah saksi nyata penyebaran sekte Protestan dan Kalvinis yang begitu menjalar cepat di kota yang terkenal akan menara Eiffel tersebut. Kaum bangsawan dan rohaniwan Katolik diiming-imingi banyak imbalan materi bila mau memeluk kedua sekte yang dikutuk oleh Konsili Trente tersebut. 

Hal ini malah mereduksi goyahnya iman banyak orangdan menyebabkan ketidakpastian bahkan sampai ke dalam biara-biara. Di kota Faverney ada sebuah biara Benediktin yang para anggotanya sudah banyak menyimpang dari aturan hidup yang telah ditentukan oleh Santo Benediktus dari Nursia, selaku pendiri ordo Benediktin.

Untungnya, mereka masih tetap berdevosi pada Bunda Maria dari Salju, yang terkenal ajaib dan menjadi perantara banyak mukjizat. Bahkan sudah banyak yang diakui Gereja, diantaranya adalah hidupnya kembali dua orang bayi yang belum sempat dibaptis. Pada malam harinya, sebelum Hari Raya Pentakosta tahun 1608, para rahib memutuskan untuk menyiapkan sebuah Altar untuk pentakhtaan dan adorasi Sakramen Mahakudus. Karena luneta (tempat untuk menjepit Hosti Kudus) pada monstran tersebut terlalu besar, maka para rahib berpikir, bahwasanya untuk meletakkan dua buat Hosti saja kedalam monstran tersebut. Saat Ibadat Vesper sudah selesai, para rahib segera meninggalkan monstran tersebut, dan mereka mentakhtakannya di sebuah altar yang terletak disamping Gereja.

Lalu keesokan harinya, saat matahari mulai tampak diufuk timur. Seorang koster membuka Gereja dan seketika melihat Gereja dipenuhi oleh asap dan altar disamping sudah habis terbakar. Tanpa berpikir panjang, sang koster segera berteriak untuk memohon bantuan para biarawan dan para warga yang bermukim disekitar Gereja Basilika Minor tersebut. Para biarawan dan beberapa orang lainnya pun segera masuk kedalam Gereja dan mulai membersihkan abu sambil berharap agar dapat menemukan beberapa bagian dari monstran. 

Interior bagian dalam Gereja
Seketika itu pula, asap mulai menipis dan mereka terkejut menyaksikan monstran kudus sedang melayang diudara. Kerumuman orang makin bertambah dan berkumpul untuk melihat kejaiban Ekaristi itu.

Kedua Tubuh Tuhan selamat tidak tersentuh sama sekali oleh nyala api. Para biarawan terpana sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Mereka meminta nasihat dari para biarawan Kapusin di Veseoul. Para Kapusin bergegas untuk menyiapkan sebuah Altar baru dan merayakan Misa Kudus disana. Ketika Hosti kudus diangkat, dengan perlahan-lahan monstran pun turun ke atas Altar baru tersebut.

Peristiwa tersebut pun segera diteliti kebenarannya oleh Keuskupan setempat. Saat proses penyelidikan kanonik selesai, pada tanggal 10 Juli, Uskup Agung Keuskupan Besancon menyatakan bahwa mukjizat itu asli. Dan pada tangga 13 September pun, Uskup Agung Keuskupan Rodi, yang waktu itu berkedudukan sebagai Duta Paus di Brussels, bergegas untuk menyampaikan kejadian tersebut kepada Sri Paus Paulus V, yang kemudian menganugerahkan Bulla Indulgensi.

Mukjizat luar biasa ini mengobarkan kembali Iman banyak orang. Pada tahun 1862, Kongregasi Pemujaan Ilahi dan Disiplin Sakramen mengesahkan perayaan Mukjizat tersebut. Pada tahun 1908, perayaan tiga abad mukjizat tersebut pun diperingati dengan hikmat dalam suatu Kongres Ekaristi Nasional. Relikui salah satu dari Hosti kudus tersebut tetap utuh dan masih dapat dilihat serta dihormati sampai hari ini. Sayangnya Hosti yang satunya lagi diberikan pada Gereja di Dole dan telah dihancurkan oleh kaum revolusioner pada tahun 1974.

Sebuah kaca patri yang melukiskan peristiwa tersebut

Doa: Tuhan aku bersumpah bahwa aku percaya dengan segenap hatiku yang paling dalam, bahwa Engkau betul-betul hadir didalam Perayaan Ekaristi ini, tambahkanlah imanku agar aku semakin percaya bahwa Engkau betul-betul hadir dalam Perayaan Ekaristi. Buatlah aku mencintai Engkau dan takut terhadap Engkau. Tuhan hanya satu yang kupinta daripadaMu, aku hanya ingin memberikan hatiku sepenuhnya kedalam Kerahimanmu yang begitu dalam itu. Tuhan hadirlah didalam hatiku, aku ingin merasakan sepenuhnya kedamaian dan sukacita bersama Engkau. Amin.

Dominus illuminatio mea!

Silahkan juga baca artikel-artikel berikut: