Latest News

Friday, September 27, 2013

Paus Fransiskus Ekskomunikasi Imam Melbourne

Sebuah artikel mengenai berita singkat tentang Paus Fransiskus yang mengekskomunikasi seorang Imam dari Keuskupan Agung Melbourne bernama Grey Renold. Berita ini mungkin mengejutkan beberapa pihak karena Paus Fransiskus begitu dikenal dengan kepribadiannya yang rendah hati, namun dibalik sifatnya tersebut, Paus Fransiskus memiliki sifat yang amat tegas dan taat pada Iman Katolik, berikut artikel terjemahannya yang diambil dari The Age Victoria.



Seorang Imam pembangkang bernama Greg Reynolds telah dipecat dari jabatannya sebagai seorang Imam dan diekskomunikasi karena telah mendukung terciptanya Imam berjenis kelamin wanita dan gay � Pater Greg dipercaya sebagai Imam pertama yang pernah di ekskomunikasi di Melbourne.

Perintah ekskomunikasi ini pun datang langsung dari Vatikan, dan tanpa adanya permintaan dari Uskup Agung Melbourne, Denis Hart. Melihat hal ini, Greg tampaknya menyindir bahwa pemecatan dirinya awalnya bersifat pengaduan secara sembunyi-sembunyi yang merupakan teknik terbaik dari inkuisisi.

Dokumen Ekskomunikasi tersebut ditulis dalam bahasa Latin dan tanpa disertai dengan keterangan. Berita ekskomunikasi ini tertanda pada 31 Mei 2013 yang lalu, dengan hal ini yang dapat disimpulkan bahwa, dibawah otoritas dari Paus Fransiskus yang menjadi topik utama pada hari Kamis 19 Mei 2013 lalu, ia (Paus Fransiskus) menyerukan gereja yang kurang aturan dan terlalu terobsesi.

Pater Reynolds, yang mengundurkan diri sebagai Pastor Paroki pada tahun 2011 lalu dikemudian hari pada tahun 2012 mendirikan sebuah organisasi bernama �Katolik Inklusif�, mengatakan bahwa ia mungkin saja akan dipecat dari jabatannya sebagai Imam namun tidak akan diekskomunikasi. Namun hal tersebut, tentu tidak akan mengubah apa yang telah dilakukannya.

�Pada masa lalu ekskomunikasi adalah sesuatu yang bersifat besar, namun kini Hirarki (Gereja Katolik) telah kehilangan kepercayaan dan kehormatan.� ujarnya

''Aku hadir dalam posisi ini karena saya telah mengikuti hati nurani saya tentang tahbisan wanita dan pernikahan gay. ''

Menurut Ajaran Gereja, ekskomunikasi adalah sebuah sanksi terkuat dan dengan hal ini dapat dipastikan bahwa seseorang tidak dapat memegang jabatan atau menerima Sakramen apapun.

Media Fairfax memahami bahwa kasus ini dapat menyebabkan dampak bagi imam-imam Melbourne lainnya.

Uskup Agung Hart secara luas dikritik setelah penampilannya pada kasus penyelidikan di Victoria, mengenai bagaimana gereja menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak, dan ketika ia menjawab pertanyaan tentang mengapa gereja membutuhkan rentang waktu hampir 18 tahun, untuk meminta Vatikan untuk memecat jabatan Imamat, Pater Desmond Gannon (tersangka pelaku Pedofilia), Hart hanya mengatakan �lebih baik terlambat daripada terlambat sama sekali.�

Seperti penghapusan Uskup Bill Morris dari Toowoomba, Vatikan bergerak relatif jauh lebih sigap ketimbang Pater Renold mengenai imam perempuan .

Pater Reynolds mengatakan bahwa, ia dipanggil untuk memenuhi Dekan dari Katedral St Patrick , John Salvano , pengacara kanonik , untuk membahas beberapa isu '' '' pada Rabu pagi.

Ketika ia tiba , Pater Salvano menerjemahkan dokumen untuknya:

''Dia mengatakan kepada saya bahwa Uskup Hart tidak melakukan hal ini, namun seseorang yang tidak diketahui telah mengirimkan notifikasi kepada Kongregasi Doktrin Iman.�

'' Vatikan tidak pernah menghubungi saya , dan hal itu tidak memberikan penjelasan lebih lanjut."

Pater Reynolds tidak memiliki sepeser uang ketika ia mengundurkan diri sebagai imam Melbourne, dan kemudian ditawarkan uang senilai $ 5.000 sebagai pembayaran selama 32 tahun pengabdiannya , meskipun ia mengatakan angka biasa adalah sekitar $ 1500 per tahun layanan - dalam kasusnya, $ 48.000. Negosiasi pun terus-menerus berlanjut.

Uskup Agung Hart mengatakan bahwa Pater Reynolds diekskomunikasi, disebabkan oleh fakultas dimana Pater Renolds menempuh pendidikan terus menentang Pater Renolds yang tetap merayakan Perayaan Ekaristi dan memberitakan ajaran yang bertentangan dengan ajaran Gereja.

Pater Reynolds bukanlah Katolik Australia pertama yang diekskomunikasi. Yang paling terkenal adalah Suster Mary MacKillop, yang dikucilkan oleh uskup setempat tapi kembali pada tahun 2010. 

Mari kita doakan Greg Reynold. Dominus illuminatio mea!

Saturday, September 14, 2013

Himne Salib Oleh St. Efraim Dari Syria


Salib menghapuskan segala bentuk pemujaan berhala, sehingga tercerahkanlah seluruh alam semesta, yang mengumpulkan semua bangsa ke dalam satu Gereja dan menyatukan mereka dengan cinta.

Salib adalah tanda kebangkitan orang mati. Salib adalah tanda pengharapan tiap orang Kristen. 

Salib adalah tongkat berjalan bagi orang lumpuh.

Salib adalah kenyamanan bagi masyarakat miskin.

Salib adalah penghapus keangkuhan.

Salib adalah harapan bagi mereka yang putus asa.

Salib adalah makan bagi para pelaut (pencari kebenaran).

Salib adalah pereda bagi badai yang berkecamuk. Salib adalah ayah bagi para yatim piatu.

Salib adalah penghibur bagi mereka yang berkabung.

Salib adalah pelindung anak-anak.

Salib adalah kemuliaan bagi manusia. Salib adalah mahkota para pemimpin.

Salib adalah cahaya bagi mereka yang ada dalam kegelapan. Salib adalah kebebasan untuk budak, pemberi kebijaksanaan bagi yang bodoh.

Salib adalah pemberitaan para nabi, yang diikuti oleh seluruh jemaat.

Salib adalah kesucian para perawan dan sukacita para Imam.

Salib adalah dasar dari Gereja, Salib dari Sang Pembentuk alam semesta.

Salib adalah penghancur kuil berhala, ujian bagi orang Yahudi.

Salib adalah pentahir para penderita kusta, penguat bagi yang lemah.

Salib adalah roti bagi yang lapar, air mancur bagi yang haus.

Salib adalah pengharapan bagi para Biarawan, pakaian bagi yang telanjang

+St. Efraim dari Syria+

Dominus illuminatio mea!

Saturday, September 7, 2013

MGR. Joannes Groen MSF - Sang Vikaris Apostolik Banjarmasin

"Menuju Terwujudnya Gereja Lokal"
Pada tahun 1949, tidak ada perayaan ulang tahun kesebelas bagi Prefektur Apostolik Banjarmasin. Pada tahun itu, tepatnya 10 Maret 1949, Prefektur Apostolik Banjarmasin diangkat menjadi Vikariat Apostolik. Pada hari yang sama, Pater Joannes Groen MSF, diangkat menjadi Vikaris Apostolik yang pertama dengan motto tahbisan, �Lux In Tenebris� (=Cahaya Dalam Kebenaran � Yoh 1:5).

Sebelas tahun sebelumnya, saat prefektur Apostolik Banjarmasin didirikan, bnayak orang menyangka bahwa beliaulah yang diangkat menjadi Prefek Apostolik. Namun yang terjadi tidak demikian. Justur seorang pater muda berusai 33 tahun bernama J. Kusters MSF yang diangkat menjadi Prefek Apostolik.keadaan ini berbalik saat pengangkatan Vikaris Apostolik. Saat banyak orang menyangka MGR. J. Kusters MSF yang akan diangkat menjadi Vikaris Apostolik, justru Pater Joannes Groen MSF yang saat itu dianggap terlalu tua (58 tahun) diangkat menjadi Vikaris Apostolik.

Lahir pada 15 Desember 1891, Joannes Groen, masuk seminari MSF di Grave pada usia 19 tahun. Setelah ditahbiskan menjadi imam, beliau berkarya sebagai pengajar bahasa Perancis dan Latin di seminari MSF di Kaatsheuvel, Belanda. Setelah 8 tahun mengajar, Pater Groen MSF diutus ke Kalimanta sebagai superior misi dan menetap di Banjarmasin agar lebih muda mengadakan kontak dengan pemerintah.

Pada tahun 1939, Pater Groen MSF cuti ke Belanda dan baru bisa kembali ke Indonesia pada tahun 1946. Keberadaan Pater Groen di Belanda selama beberapa tahun itu telah membawa dampat positif berupa membaiknya hubungan beliau dengan Dewan Jenderal MSF yang sebelumnya kurang mulus, bahkan beliau sempat diijinkan member retret untuk Dewan Jenderal MSF di Grave.

Groen berangkat ke Belanda dan ditahbiskan pada tangga 16 Juni 1949 di Kaatsheuvel oleh Uskup Hertogenbosch � MGR Mutsaers bersama MGR. J. Huibers dari Keuskupan Haarlem dan MGR. Tarc. Van Valenberg OFMCap � Vikaris Apostolik Pontiana. Sebagai Ordinarius Banjarmasin, beberapa karya penting telah dilakukan MGR. Groen. Tanggal 12 Juli 1950 dibuka Seminari Menengah di Banjarmasin. Pater L. Bussemakers diangkat menjadi Direktur Seminari. Pater G. Slot, Pater G. Borst, Pater A. Kruize, Pater Prawirosoeyono dan MGR. Husin MSF (alm � Uskup Keuskupan Palangkaraya) adalah alumn dari seminari yang berada di pastoran Kelayan (salah satu nama lain dari Paroki St. Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa) tersebut. Pembukaan Seminari di Banjarmasin merupakan langkah penting terwujudnya gereja local. Karya-karya lainnya adalah pembukaan sekolah guru agama di Tenggarong, pendidikan untuk calon suster dan bruder di Tering.

MGR. Groen sangat memperhatikan pelayanan pastoral di daerah-daerah yang penduduknya masih hidup menurut kepercayaan dan adat yang lama. Sejah tahun 1950 diadakan beberapa kali kunjungan ke Kalimantan Tengah dan membuka stasi di Sampit dan Kuala Kapuas. Pada tangga 1 April 1951, beliau mentahbiskan imam pribumi yang pertama di Kalimantan, Pastor Hendrik Timang MSF.

MGR. Groen sendiri tidak dapat menyaksikan perkembangan karya-karya yang telah dirintisnya. Sejak awal tahun 1953, kesehatan MGR. Groen makin menurun. Beliau dianjurkan untuk berobat di Rumah Sakit RKZ Surabaya. Tanggal 18 April 1953, beliau meninggal dunia karena komplikasi emboli yang diketahui saat operasi tumor di usus besar. Sesaat sebelum meninggal, dalam keadaan sadar, MGR. Groen menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit yang diberikan oleh Pater Gloudemans yang menemaninya dari Balikpapan. Hari berikutnya jenazah MGR. Groen dimakamkan di kuburan �Kembang Kuning� Surabaya.

Enam puluh tahun kemudian, menandai peringatan 75 tahun Keuskupan Banjarmasin, tepatnya 2 Juli 2013, sebagai penghormatan atas karya-karya monsinyur yang telah dimenorehkan sejarah di Keuskupan Banjarmasin, maka kerangka jenazah MGR. Groen dipindahkan dari �Kembang Kuning� ke kuburan St. Yosef di Landasan Ulin.

Dominus illuminatio mea!
Disadur dari Majalah Ventimiglia milik Keuskupan Banjarmasin no. 19 edisi Juli-Agustus 2013.