Latest News

Thursday, December 26, 2013

PESAN PAUS FRANSISKUS BAGI KOTA DAN DUNIA (URBI ET ORBI) 25 DESEMBER 2013

Paus Fransiskus mencium bayi Yesus
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2:14)

Saudara dan saudari terkasih di Roma dan di seluruh dunia, selamat Natal!

Saya mengutip kidung para malaikat yang muncul saat para gembala berada di Betlehem pada malam ketika Yesus lahir. Ini adalah sebuah kidung yang mempersatukan langit dan bumi, memberikan pujian dan kemuliaan bagi Surga, dan janji perdamaian di bumi dan kepada setiap orang.


Saya meminta setiap orang untuk membagikan kidung ini: ini merupakan sebuah kidung bagi setiap pria atau wanita yang terus berjaga sepanjang malam, yang mengharapkan sebuah dunia yang lebih baik, yang peduli pada orang lain seraya dengan rendah hati berusaha melakukan tugasnya.

Kemuliaan bagi Allah!

Di atas segalanya, ini adalah apa yang diminta Natal pada kita untuk dilakukan: memuliakan Allah, karena Ia baik, Ia setia, Ia berbelas kasih. Hari ini saya menyuarakan harapan saya agar setiap orang akan datang untuk mengenal wajah Allah yang sebenarnya, Bapa yang telah memberikan Yesus kepada kita. Harapan saya yaitu setiap orang akan merasakan kedekatan Allah, hidup di hadapan-Nya, mengasihi-Nya dan menyembah-Nya.

Semoga kita masing-masing memberikan kemuliaan kepada Allah terutama dengan kehidupan kita, dengan hidup kita yang dipersembahkan untuk mengasihi Dia dan setiap saudara-saudari kita.

Damai sejahtera bagi umat manusia 

Damai sejahtera yang sejati � kita tahu ini dengan baik - bukanlah sebuah keseimbangan antara kekuatan yang saling berlawanan. Itu juga bukanlah sebuah �facade (tampak luar)� yang indah namun menyembunyikan konflik dan perpecahan. Damai sejahtera memanggil kepada komitmen sehari-hari, yang dimulai dari karunia Allah, dari kasih karunia yang telah Ia berikan kepada kita dalam Yesus Kristus.

Memandang Sang Bayi dalam palungan, Bayi Perdamaian, pikiran kita beralih kepada anak-anak yang menjadi korban peperangan yang paling rentan, tetapi kita juga memikirkan orang-orang tua, perempuan-perempuan yang babak belur, orang-orang sakit ... Peperangan menghancurkan dan menyakiti begitu banyak nyawa!

Terlalu banyak nyawa telah hancur dalam waktu belakangan ini oleh konflik di Suriah, yang memicu kebencian dan balas dendam. Mari kita terus meminta kepada Tuhan untuk menghindarkan orang-orang Suriah terkasih dari penderitaan lebih lanjut, dan memungkinkan pihak-pihak dalam konflik untuk mengakhiri semua kekerasan dan menjamin akses bagi bantuan kemanusiaan. Kita telah melihat betapa kuatnya doa! Dan saya bahagia hari ini juga, bahwa para pengikut penganut agama yang berbeda bergabung bersama kita dalam doa kita untuk perdamaian di Suriah. Mari kita untuk tidak pernah kehilangan keberanian doa! Keberanian untuk berkata : Tuhan, berikan perdamaian-Mu bagi Suriah dan bagi seluruh dunia.

Berikanlah kedamaian, oh Bayi terkasih, kepada Republik Afrika Tengah yang sering dilupakan dan diabaikan. Namun Engkau, Tuhan, tidak melupakan seorang pun! Dan Engkau juga ingin membawa perdamaian bagi tanah itu, yang telah diobrak-abrik oleh sebuah pilinan kekerasan dan kemiskinan, dimana begitu banyak orang yang kehilangan tempat tinggal, kekurangan air, makanan dan kebutuhan dasar hidup. Kembangkanlah keselarasan sosial di Sudan Selatan, di mana ketegangan saat ini telah menyebabkan banyak korban dan mengancam hidup berdampingan secara damai dalam negara muda itu.

Pangeran Damai, hindarkanlah setiap tempat dari hati kekerasan dan ilhami mereka untuk meletakkan senjata dan melakukan jalur berdialog. Pandanglah Nigeria, yang dikoyak-koyak oleh serangan terus menerus yang tidak mengelakan yang tidak bersalah dan tak berdaya. Berkati tanah di mana Engkau memilih datang ke dunia, dan berikanlah hasil yang menguntungkan bagi perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina. Sembuhkan luka-luka negeri Irak terkasih, yang sekali lagi dilanda dengan seringnya tindak kekerasan.

Allah kehidupan, lindungi semua orang yang dianiaya karena nama-Mu. Berikan harapan dan penghiburan bagi yang terlantar dan para pengungsi, terutama di Semenanjung Afrika dan di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Semoga para migran tersebut dalam pencarian sebuah kehidupan yang bermartabat dapat menemukan penerimaan dan bantuan. Semoga tragedi-tragedi seperti yang telah kami saksikan pada tahun ini, dengan begitu banyak kematian di Lampedusa, tidak pernah terjadi lagi!

Bayi Betlehem, jamahlah hati semua orang yang terlibat dalam perdagangan manusia, supaya mereka boleh menyadari beratnya kejahatan terhadap umat manusia. Pandanglah banyak anak yang diculik, terluka dan dibunuh dalam konflik bersenjata, dan semua orang yang dirampok pada masa kecil mereka dan dipaksa menjadi tentara.

Tuhan langit dan bumi, pandanglah planet kami, yang sering dieksploitasi oleh keserakahan dan kerakusan manusia. Tolong dan lindungi semua korban bencana alam, terutama orang-orang Filipina terkasih, yang sungguh-sungguh terkena dampak topan baru-baru ini.

Salam Natal setelah berkat Urbi et Orbi
Kepada anda sekalian, saudara dan saudari terkasih, yang telah berkumpul dari seluruh belahan dunia di lapangan ini, dan kepada anda yang berasal dari negara-negara yang berbeda yang telah bergabung dengan kita melalui media komunikasi. Saya mempersembahkan yang terbaik dan tulus ucapan selamat Natal.

Pada hari diterangi dengan harapan Injil yang bersemi dari kandang Bethlehem yang sederhana. Saya mendoakan hadiah sukacita dan damai Natal bagi setiap orang; kepada anak-anak dan orang-orang tua; kepada anak muda-mudi dan keluarga-keluarga kepada kaum miskin dan terpinggirkan. Semoga Yesus, yang lahir untuk kita, menghibur mereka yang sakit dan menderita. Semoga Ia menolong mereka yang memberikan hidup mereka kepada saudara dan saudari kita yang membutuhkan. Selamat Natal untuk semuanya.

Terjemahan tidak resmi oleh Katolisitas Indonesiadari situs resmi Vatikan.

Video liputan berkat Urbi et Orbi oleh Paus Fransiskus 25 Desember 2013:

Wednesday, December 25, 2013

Teks Maklumat Kelahiran Tuhan Yesus Kristus

Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus dalam Martirologi Romawi, dikenal sebagai Kalenda. Hal ini dapat diketahui pada lampiran pertama dari Missale Romanum, edisi ketiga. Pengumuman Hari Raya Kelahiran Tuhan dalam Martirologi Romawi mengacu pada Kitab Suci yang menyatakan secara berurut kelahiran Kristus. Hal ini di mulai dari sejak masa penciptaan dan kelahiran Tuhan sebagai peristiwa utama dan tokoh sejarah yang sakral dan sekuler. Peristiwa tertentu yang terkandung dalam pengumuman ini dapat membantu secara pastoral untuk menempatkan kelahiran Yesus dalam konteks sejarah keselamatan.


Teks Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus ini, dapat kidungkan atau dibacakan, dan paling tepat dinyanyikan atau dikidungkan pada tanggal 24 Desember, selama perayaan Ibadat a . Teks ini juga dapat dikidungkan atau dibacakan pada awal Misa Malam Natal. Teks ini sama sekali tidak menambah bagian dalam Misa. Teks ini dapat ditemukan pada Missale Romanum edisi terbaru.

Klik gambar untuk memperbesar.



Hari ke-25 bulan Desember
ketika masa-masa yang tak terhitung telah berlalu sejak penciptaan dunia;
ketika Allah pada mulanya menciptakan langit dan bumi dan membentuk manusia dalam rupa-Nya;
ketika abad demi abad telah berlalu
sejak Yang Maha Kuasa menaruh busur-Nya di awan setelah Banjir Besar sebagai tanda perjanjian dan perdamaian;
pada abad ke-21 sejak Abraham, bapa kita dalam iman, keluar dari Ur Kasdim;
pada abad ke-13 sejak orang Israel dipimpin oleh Musa dalam Keluaran dari Mesir; sekitar tahun ke-1000 sejak Daud diurapi menjadi Raja;
pada minggu ke-65 dari nubuatan Daniel;
pada masa Olimpiade ke-194;
pada tahun ke-752 sejak pendirian kota Roma;
pada tahun ke-42 pemerintahan Kaisar Oktavianus Augustus seluruh dunia berada dalam damai;

YESUS KRISTUS, Allah yang kekal dan Putera dari Bapa yang kekal,
ingin menguduskan dunia dengan kehadiran-Nya yang penuh kasih, dikandung oleh Roh Kudus,
dan ketika sembilan bulan telah berlalu sejak pengandungan-Nya,
Ia lahir dari Perawan Maria di Betlehem di tanah Yehuda,
dan menjadi manusia:

Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus menurut daging. 

Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari Catholic Sacristan

Tuesday, December 24, 2013

Khotbah MGR. W. J. Demarteau pada Perayaan Natal

Kristus telah lahir di sebuah tempat yang tenang dan penuh dengan kedamaian, sehingga Pesta Natal dapat diartikan sebagai pesta damai. Seharusnya kita merasa malu merayakan pesta ini. Pesta damai apa yang kita rayakan? Sesungguhnya kita hidup dalam dunia yang penuh kekerasan, perkosaan hak, peperangan, pembunuhan bahkan pembantaian seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu di lapangan terbang Roma.

Saya teringat sebuah gambar dalam sebuah surat kabar edisi Natal yang terbit pada waktu Perang Dunia kedua. Dalam gambar itu nampak beberapa malaikat terbang di atas medan perang Eropa dan Asia. Mata mereka tertutup dengan kain dan mereka tidak berani menyanyikan lagu damai di bumi kepada manusia tercinta.

Apa sebabnya hanya ada sedikit kedamaian di dunia ini?
Apa sebabnya damai yang baru bertunas acap kali dipotong orang?
Apa sebabnya manuia lebih suka menghirup udara peperangan yang kotor daripada menghirup udara damai yang jernih?


Sebabnya:
Kedamaian adalah lebih dari gencatan senjata
Kedamaian bukan sekedar tidak membunuh lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak menjatuhkan bom lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak berperang lagi.
Kedamaian bukan sekedar tidak berkelahi lagi.
Kedamaian bukan sekedar mengulurkan tangan.

Kedamaian adalah suatu cara hidup.

Kedamaian itu bersumber dari hati yang baik dan lahir di dalam hati yang tak terbagi.
Kedamaian berasal dari hati yang bebas dari egoisme dan nafsu hormat serta nafsu milik dalam bentuk apapun.

Damai tidak begitu saja timbul dan menjadi milik kita. Damai adalah hasi dari suatu kehidupan yang murni. Damai adalah hasil dari suatu keterbukaan, kesederhanaan dan kejujuran. Damai yang sejati harus dimulai dari diri kita sendiri.

Seorang bijak mengatakan: �Kita harus membawa damai dengan menjadi damai: to bring peace by being peace.�

Semoga kita mempunyai kemauan yang baik ini, yaitu membawa damai kepada sesama dan kedalam dunia kita dengan menjadi damai.
Banjarmasin. 19 Desember 1973

+ (Alm) MGR. W. J. Demarteau MSF (Uskup Pertama Keuskupan Banjarmasin) +

Tuesday, December 17, 2013

Happy Birthday Pope Francis!

Felicem Diem Natalem Tibi Exopto! Selamat Ulang Tahun!
Holy Father Francis!


PAPA FRANSESCO: Almae Urbis Episcopus, Vicarius Iesu Christi, Successor Princeps Apostolorum (Successor Petri), Catholicae Ecclesiae Summus Pontifex, Primas Italiae, Archiepiscopus Metropolita Provinciae Romanae, Rex Status Ecclesiae, Servus Servorum Dei.

Bapa Suci FransiskusUskup Roma, Wakil Yesus Kristus, Pengganti Pangeran Para Rasul (Pengganti Petrus), Imam Agung Tertinggi Gereja Universal, Primat Italia, Uskup Agung Metropolitan Provinsi Roma, Pemegang Kedaulatan Negara Kota Vatikan, dan Pelayan dari Para Pelayan Allah.

Doa bagi Bapa Suci Fransiskus: Allah yang mahakuasa, pencipta umat manusia, pada hari gembira ini kami memuji kebesaran-Mu. Engkau telah menciptakan Bapa Suci Paus Fransiskus dengan penuh kasih.

Kami bersyukur kepada-Mu karena misteri kejadiannya; sungguh ajaiblah yang telah Engkau kerjakan.

Seperti kelahiran dan hidup Yesus, membawa damai dan sukacita, semoga hidupnya pun membawa damai dan sukacita bagi sesama.

Terima kasih, ya Bapa, atas penyertaan-Mu sepanjang perjalanan hidupnya. Terima kasih pula, Engkau selalu membesarkan hatinya di saat ia mengalami duka dan kecemasan. Semoga hari bahagia ini menguatkan imannya akan Dikau.

Kami bersyukur kepada-Mu atas segala anugerah yang ia terima selama tahun yang silam. Kami bersyukur kepada-Mu karena segala simpati, persahabatan dan kasih sayang yang ia rasakan dari orangtua, sanak saudara dan handai taulan. Kami mohon agar hari-hari yang akan ia lalui ini membawa bahagia: semoga ia dapat bekerja lancar. Tetapi lebih dari itu semua, semoga ia tak pernah terpisah dari-Mu, apa pun juga yang akan terjadi, sebab Engkaulah tumpuan hidupnya; semoga Engkau menyertai dia hari ini, besok, dan sepanjang hayatnya. Amin.

Selamat Ulang Tahun ke 77 Bapa Suci Paus Fransiskus!
Dominus illuminatio mea!

Monday, December 16, 2013

Ajaran Gereja Katolik tentang kontrasepsi dan aborsi

Salah satu klaim yang sering menjadi keberatan beberapa umat non-Katolik dan bahkan umat Katolik beraliran liberal adalah �kontrasepsi akan mengurangi aborsi�, argumen yang mereka pakai dalam memerangi ajaran Gereja Katolik adalah dengan memakai kontrasepsi maka tidak akan muncul kasus aborsi, tidak hanya itu pertumbuhan penduduk diperkirakan akan turun secara signifikan. Jawaban dari klaim ini pada dasarnya adalah salah. Sering orang diluar Gereja Katolik bahkan didalam Gereja Katolikpun berpikir bahwa kontrasepsi adalah cara efektif dalam melakukan hubungan seks secara aman. Padahal dalam kenyataannya kontrasepsi malah membawa anak muda jaman sekarang dalam bencana yang lebih besar lagi seperti terjadi relasi seksual diluar ikatan pernikahan.


Sebagaimana yang dikatakan oleh Pater Paul Marx O.S.B, seorang imam yang pro-life dan mendukung penuh ajaran Gereja Katolik yang memandang kontrasepsi dan aborsi sebagai suatu yang sangat jahat, mencatat bahwa pengesahan aborsi telah mengundang beberapa Negara secular untuk mempromosikan kontrasepsi bagi warga negaranya. Di Amerika Serikat, presiden Barrack Obama menyetujui penggunaan alat-alat kontrasepsi bahkan melegalkan perkawinan sesama jenis.
Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Evangelium Vitae menulis:
"Kedua-duanya berakar dalam mentalitas hedonistis yang tidak mau menerima tanggung jawab dalam perkata-perkata mengenai seksualitas, dan keduanya juga menyiratkan sebuah konsep kebebasan yang berpusat pada diri sendiri, yang menganggap prokreasi sebagai sebuah halangan menuju pencapaian pribadi. Dengan demikian, kehidupan yang terlahir sebagai akibat dari relasi seksual menjadi musuh yang dihindari entah apa pun bayarannya, dan aborsi menjadi satu-satunya tanggapan pasti yang mungkin terhadap kontrasepsi yang gagal (EV 13)."
Panggilan terdalam manusia sebagai manusai adalah untuk mencintai Allah. Hal ini juga berarti untuk mencintai satu sama lain sebagai sesame manusia, yang diciptakan oleh Allah menurut citra-Nya. Kristus mengatakan bahwa mencintai Allah dan sesama merupakan hukum yang terbesar dari segala hukum (Mrk 12:29-31). Cinta dalam pernikahan merupakan sebuah realitas nyata yang menggambarkan jenis cinta yang ada dalam Allah sendiri dan yang karenanya kita diciptakan oleh Dia, supaya kita dapat mengambil bagian dalam cinta kasih-Nya.Didalam perjanjian lama, perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel dilambangkan sebagai sebuah gambaran dari pernikahan dan perjanjian ini digambarkan dengan begitu indah khususnya oleh Kitab Kidung Agung. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, pernikahan mengungkapkan relasi intim antara Kristus dengan Gereja (Ef 5:22; Why 21:2, 9). Katekismus Gereja Katolik menulis bahwa penikahan sebagai sebuah sakramen yang diarahkan menuju persekutuan (no. 1534-35). Hal ini berarti pernikahan diarahkan menuju keselamatan orang lain. Sakramen-sakramen lainnya memberikan sumbangan dalam beragam cara bagi pribadi yang menerima sakramen-sakramen tersebut. Sedangkan sakramen-sakramen yang diarahkan menuju persekutuan, ketika seseorang menerimanya, ditujukan kepada keselamatan orang lain. 

Pernikahan menyucikan kedua pasangan dan menempakatkan mereka pada sebuah martabat khusus. Mereka dipanggil untuk memenuhi tugas-tugas tertentu (KGK no. 135). Apakah tugas ini? Tugas ini terletak pada inti pernikahan itu sendiri yaitu relasi seksualitas, saling bersekutu, memberi diri sepenuhnya satu sama lain dan panggilan untuk beranakcucu dan bertambah banyak (Kej 1:28). Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostoliknya, Familiaris Consortio menjelaskan:
"Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Ia memanggil manusia menjadi kenyataan karena cinta kasih-Nya sekaligus untuk mencintai. Allah itu cinta kasih dan didalam Diri-Nya. Ia menghayati misteri persekutuan cinta kasih antar pribadi. Seraya menciptakan umat manusia menurut gambar-Nya sendiri, dan tiada hentinya melestarikan keberadaannya, Allah menggoreskan dalam kodrat manusiawi pria maupun wanita panggilan, dank arena itu juga kemampuan serta tanggung jawab untuk mengasihi dan hidup dalam persekutuan. Oleh karena itu, cinta kasih merupakan panggilan yang sangat mendasar bagi setiap manusia, dan sudah tertera dalam kodratnya (no.11, penekanan asli, catatan dihilangkan)." Sumber: Faith Facts vol. 1
Mengenai tugas yang diemban oleh setiap pasangan ini maka dari itu Gereja Katolik menolak penggunaan kontrasepsi terlebih lagi aborsi. Gereja Katolik menolak penggunaan alat-alat kontrasepsi karena baik alat maupun mentalitasnya untuk menghilangkan semata-semata peranan Allah dalam penciptaan manusia. Manusia diciptakan tidak hanya semata-mata karena adanya hubungan antara suami-istri namun karena adanya campur-tangan Allah sebagai sumber kehidupan. Maka dengan kontrasepsi manusia secara sengaja menutup-nutupi kemungkinan terjadinya karya penciptaan dan menolak tatanan ilahi yang berasal dari Allah. Kontrasepsi bukanlah suatu hal yang baru muncul pada abad modern, bentuk terkuno dari kontrasepsi adalah ramuan-ramuan penghambat kehamilan sampai coitus interuptus (membuang sperma diluar tubuh wanita setelah bersenggama) dan perbuatan ini pernah dilakukan oleh Onan (kata dasar dari onani) yaitu ketika ia diperintahkan oleh ayahnya untuk berhubungan dengan janda kakaknya supaya rumah tangga kakaknya memiliki keturunan, namun Onan tahu bahwa keturunannya itu tidak akan menjadi miliknya lalu ia membuang spermanya agar tidak membuahi rahim Tamar. Atas perbuatan ini Onan dibunuh oleh Allah. Tertulianus (thn 197) dalam �Apologeticum� menegaskan hal serupa, �mencegah kelahiran adalah melakukan pembunuhan; tidak banyak bedanya apakah orang membinasakan kehidupan yang telah dilahirkan ataupun melakukannya dalam tahap yang lebih awal. Ia yang bakal manusia adalah manusia.� Pada tahun 300, Konsili Elvira, konsili gereja lokal di Spanyol, dengan tegas mengutuk aborsi (Kanon 63).


Sedangkan aborsi adalah suatu perbuatan dengan membunuh janin bayi entah dengan memakai pil-pil pengugur kandungan atau menjatuhkan sendiri dengan sengaja. Gereja Katolik menegaskan bahwa kehidupan muncul sejak pembuahan maka janin adalah suatu yang hidup dan apabila janin tersebut dibunuh (aborsi) sama hal dengan membunuh sesame manusia dan ini merupakan pelanggaran atas perintah Allah yang ke-enam. St. Basilus dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Amphilochius (thn 374) dengan tegas menyatakan ajaran Gereja: �Seorang wanita yang dengan sengaja membinasakan janin haruslah diganjari dengan hukuman seorang pembunuh� dan �Mereka yang memberikan ramuan atau obat-obatan yang mengakibatkan aborsi adalah para pembunuh juga, sama seperti mereka yang menerima racun itu guna membunuh janin.�

Gereja menyarankan metode KB Alami (KBA) bagi setiap pasangan Katolik karena hal ini tidak berlawanan dengan hukum moral Gereja. Seringkali terdapat kebingungan bagi pasangan Katolik dalam membandingkan kontrasepsi dan KB Alami sehingga beberapa pasangan seringkali menganggap bahwa KBA sama saja dengan kontrasepsi dan merasa tidak berdosa dengan menggunakan pil-pil KB, kondom dan alat-alat sterilisasi lainnya. Didalam teologi moral Katolik dijelaskan bahwa suatu tindakan apabila didasari oleh �niat� yang bermoral dan �tindakan/cara� yang bermoral adalah sah dan kedua hal tersebut harus seimbang dimana ada niat yang bermoral dan disertai dengan cara yang bermoral. Dengan praktek kontrasepsi, meski sepasang suami-isti memiliki �niat� yang baik dan memiliki motif tertentu (Humanae Vitae, Paus Paulus VI) namun dilakukan dengan �cara� yang jahat maka hal ini bertentangan dengan moral.

Praktek aborsi
Sedangkan lain halnya dengan metode KBA, yang tidak bertentangan dengan moral. KBA merupakan kodrat insane dari manusia itu sendiri yang telah dirancang oleh Allah sedemikian rupa. Allah menciptakan wanita dengan juga memberikan masa tidak subur bagi wanita yang menunjukkan bahwa manusia tidak dirancang untuk selalu berketurunan namun tidak boleh pula memiliki sikap dan mental kontraseptif. Dilain pihak, meski KBA tidak bertentangan dengan moral Katolik dapat pula memiliki mental kontraseptif. Contohnya apabila suatu pasangan mampu memiliki 3-4 anak namun hanya memiliki 2 anak saja dengan alasan agar hidup berkecukupan, ini adalah tindakan yang membawa dosa besar. 

Dominus illuminatio mea!

Saturday, December 7, 2013

Tradisi Adven - Sejarah Lingkaran Adven

oleh: RP. William Saunders
Lingkaran Adven merupakan bagian dari tradisi Katolik yang sudah sekian lama ada. Namun, asal-usul bagaimana hal tersebut terbentuk tidak pasti. Ada bukti dari bangsa Jerman pra-Kristen menggunakan  lingkaran Adven dengan menyalakan lilin selama hari-hari yang dingin dan gelap pada bulan Desember sebagai bentuk penantian pada tibanya hari yang terik dan sinar matahari yang cerah. Di negara Skandinavia, ada pula tradisi selama musim dingin untuk menyalakan lilin yang ditempatkan di sekitar roda , untuk mengangkat doa-doa kepada dewa cahaya untuk mengubah "roda bumi" kembali ke arah matahari untuk memperpanjang hari-hari pada musim panas.

Pada abad pertengahan, orang Kristen mengadaptasi tradisi ini dan menggunakan lingkaran Adven sebagai bagian dari persiapan rohani untuk menyambut hari Natal. Karena , Kristus adalah " Terang yang datang ke dunia "untuk melenyapkan kegelapan dosa dan memancarkan kebenaran dan kasih Allah ( lih. Yoh 3:19-21 ). Pada 1600, baik Katolik dan Lutheran memiliki praktek formal mengenai lingkaran Adven. Simbolisme lingkaran Adven adalah sesuatu yang amat indah. Lingkaran ini terbuat dari berbagai jenis pepohonan, yang melambangkan kehidupan. Bahkan pepohonan ini memiliki makna tradisional yang sekaligus menggambarkan iman kita: Laurel melambangkan kemenangan atas penganiayaan dan penderitaan. Pinus, Holly dan Yew melambangkan keabadian dan Cedar sebagai kekuatan dan kesembuhan. Holly juga memiliki simbolisme Kristen yaitu daun berduri yang mengingatkan kita pada mahkota duri. Konon menurut legenda dari Inggris dikisahkan bahwa kayu Salib terbuat dari pohon Holly. Lingkaran Adven , yang tidak memiliki awal atau akhir, melambangkan Allah yang abadi, keabadian jiwa, dan kehidupan kekal di dalam Kristus. 

Setiap pohon cemara, kacang-kacangan, polong biji yang digunakan untuk menghias lingkaran Adven juga melambangkan kehidupan dan kebangkitan. Secara utuh, lingkaran Adven yang hijau menggambarkan keabadian jiwa kita dan baru, kehidupan kekal yang dijanjikan kepada kita melalui Kristus, Firman yang kekal dari Bapa, yang datang ke dunia dan menjadi manusia seutuhnya yang menang atas dosa, dengan kematian -Nya melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya.

Empat lilin mewakili empat minggu Adven. Suatu tradisi menjelaskan bahwa setiap minggu melambangkan seribu tahun dan membutuhkan  4.000 tahun lamanya dari masa Adam dan Hawa sampai kelahiran Juruselamat. Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu mawar (lilin berwarna merah muda). Lilin-lilin ungu khususnya melambangkan doa, tobat, pengorbanan dan karya amal selama masa Adven. Lilin berwarna merah muda, menyala pada minggu ketiga yaitu Minggu Gaudete, ketika imam juga memakai kasula merah muda dalam Misa kudus; Minggu Gaudete adalah Minggu sukacita, karena umat beriman telah tiba di titik tengah masa Adven, ketika penantian umat beriman sudah mencapai separuh lebih dan Natal hampir tiba. Cahaya lilin melambangkan harapan pada kedatangan Tuhan kita yang pertama ke dunia dan sekaligus sebagai antisipasi kedatanganNya yang kedua kali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati .

Cahaya juga melambangkan Kristus, sebagai terang dunia. Beberapa adaptasi modern, menempatkan lilin putih tepat di tengah-tengah lingkaran Adven , yang menyimbolkan Kristus dan menyala pada malam Natal. Ada pula tradisi yang mengganti tiga lilin ungu dan satu lilin merah muda dengan empat lilin putih, yang akan menyala sepanjang masa Adven. Dalam keluarga , lingkaran Adven paling tepat menyala pada waktu makan malam setelah doa makan. Sebuah doa tradisional yang biasanya disertai dalam menyalanya lilin pada lingkaran Adven adalah:

Pada hari Minggu Pertama Adven, ayah dalam keluarga memberkati lingkaran Adven dengan berdoa: �Ya Allah yang menyucikan segala sesuatu, sudilah mencurahkan berkat-Mu atas karangan bunga ini, dan kami yang akan menggunakannya untuk mempersiapkan hati kami dalam kedatangan Kristus. Semoga kami dapat menerima rahmat-Mu yang berlimpah. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.� Lalu dilanjutkan dengan doa ini setiap hari selama minggu pertama Adven, �ya Allah dengan kebangkitkan Mu, kami mohon selamatkanlah kami dari dosa-dosa dengan pembebasanmu. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.� Kemudian anak bungsu dari keluarga menyalakan satu lilin ungu .

Selama Minggu kedua Adven, ayah berdoa �ya Allah, bangkitkanlah hati kami untuk mempersiapkan diri dalam menanti kedatangan-Mu agar kami dapat melayani Engkau dengan pikiran yang murni. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Kemudian anak yang sulung menyalakan lilin ungu minggu pertama dan satu lagi lilin ungu.

Selama Minggu ketiga Adven, ayah berdoa �ya Allah, kami mohon kepada-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada doa kami dan cahayailah pikiran gelap kami dengan rahmat-Mu.  Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Sang ibu kemudian menyalakan dua lilin ungu sebelumnya lalu menyalakan lilin merah muda.

Akhirnya, pada Minggu keempat Advent, sang ayah kembali berdoa �ya Allah yang kuasa, kami berdoa kepada-Mu yang akan datang curahilah kami dengan rahmat-Mu dan ampunilah dosa-dosa kami. " Sang ayah kemudian menyalakan semua lilin dalam lingkaran Adven.

Masa Adven adalah mas yang tepat untuk memperteguh iman kita kepada Tuhan, lingkaran Adven dan doa-doa selama masa Adven juga mempersiapkan kita dalam menanti hari Natal. Selain itu, tradisi ini juga membuat kita menjadi antusias didalam rumah kita dan tidak melupakan arti sebenarnya dari Natal.

Dominus illuminatio mea!

Tuesday, December 3, 2013

Adven: Masa Penuh Penantian


Di awal tahun liturgi, Gereja Katolik merayakan suatu perayaan, perayaan yang menantikan kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Perayaan tersebut ialah Adven, Adven adalah masa khusus di dalam lingkaran tahun liturgi Gereja yang diadakan selama bulan Desember untuk menyongsong Hari Raya Natal pada tanggal 25 Desember. Data asli mengenai awal mula Adven, tidak ditemukan namun sejak abad-abad pertama mulai ada kegiatan dari umat untuk mengadakan persiapan sebelum hari Natal tiba. Keotentikan perayaan ini dapat diketahui dari sinode Macon di Gaul, Perancis yang menyatakan bahwa sebelum dirayakannya hari Paskah atau Natal, diadakan sebuah masa pertobatan dalam rentang waktu dari 11 November hingga 24 Desember 2013. Sehingga pada hari-hari didalam masa Adven, warna Liturgi Gereja menjadi berwarna ungu seturut pula dengan masa Prapaskah yang keduanya berkaitan erat dengan masa pertobatan.

Keontetikan masa Adven ini didukung pula oleh hadirnya Bapa Gereja pada masa tersebut (yang terjadi pada waktu lampau) dan salah satu diantaranya ialah St. Sesarius dari Alles yang hidup pada abad ke 5, dan Sesarius dianggap sebagai orang yang pertama kali menyampaikan homili tentang masa Adven. Adven mungkin hanya dianggap sebagai sebuah masa yang hanya berada dalam Gereja Barat, namun sesungguhnya Gereja-gereja Timur seperti Katolik Timur (yang bersatu penuh dengan Paus Roma sebagai Wakil Yesus Kristus dan gembala Gereja Universal) dan Gereja uniat Orthodox Timur (yang telah memisahkan diri dengan Paus Roma pada tahun 1054) juga merayakan Adven dan hal ini dimulai sejak abad ke empat dan disertai dengan aturan pantang dan puasa yang amat ketat.

Masa Adven terdiri dari 4 Minggu. Selain memperhatikan kesatuan penantian seperti yang dapat dijumpai dalam rumusan doan dan bacaan Kitab Nabi Yesaya pada Misa harian, Masa Adven secara keseluruhan dibagi dalam dua periode:

Pertama, sejak hari Minggu Adven pertama hingga pada tanggal 16 Desember, Gereja secara penuh mengutamakan penantian secara eskatologis; umat beriman diajak merenungkan misteri kedatangan mulia Kristus pada akhir zaman; didukung oleh bacaan-bacaan Misa, khususnya kutipan dari kitab para nabi, terutama Yesaya. Minggu ketiga Adven ditandai dengan sebutan Gaudete Sunday (Minggu Sukacita) dan pula ditandai dengan Vestmentum (pakaian liturgy bagi imam) berwarna merah muda. Minggu Gaudete ini menunjukkan bahwa Gereja secara khusus telah bersukacita karena telah melewati seperempat dari masa Adven.

Paus Emeritus Benediktus XVI pada Minggu Sukacita dengan Pallium tradisional
Kedua, dari 17 Desember sampai 24 Desember, baik dalam Ekaristi maupun Ibadat Harian, semua rumusan diarahkan lebih jelas kepada persiapan menyongsong perayaan Natal, dengan seruan Nabi Yohanes Pembaptis (Nabi terakhir) dan disertai pula dengan kisah Maria dan Yusuf. Adven dipandang dari segi teologis, merupakan suatu masa dimana Gereja menanti-nantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Adven ini secara realitas merupakan gambaran dari umat Israel sendiri dan para nabi terdahulu yang menanti-nantikan kedatangan Mesias beribu-ribu tahun lamanya.

Adven merupakan masa yang mengingatkan adanya dimensi historis-sakramental keselamatan, umat beriman diajak untuk menanti-nantikan kedatangan Kristus Sang Mesias. Dalam diri Kristus, Allah Bapa telah menampilkan rupa-Nya (Yoh 14:9). Dimensi historis pewahyuan diri Kristus ini menunjukkan betapa konkretnya penyelamatan umat manusia. Dilain pihak pula, Adven adalah masa liturgi yang menanmpilkan secara terang dimensi eskatologis kehidupan para pengikut Kristus. Allah telah memelihara kita demi keselamatan kita (1 Tes 5:9). Sikap menanti yang penuh pengharapan ini adalah ciri khas dari Gereja sendiri. Dalam diri Yesus, Allah telah mewahyukan diri-Nya. Kristus adalah kepenuhan janji Allah. �Sebab Kristus adalah �ya� bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan �amin� untuk memuliakan Allah� (2 Kor 1:20).

Selama masa Adven, sikap penantian Gereja terhadap kedatangan Mesias tidak seperti orang Yahudi yang masih menantikan Mesias terjanji (meskipun telah datang namun mereka memakukan-Nya di kayu Salib). �Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.� (1 Kor 13:12). Gereja menghayati masa ini sebagai sebuah masa penantian yang menggembirakan sekaligus sebagai sebuah masa untuk kembali bertobat; oleh karena itu, Gereja berdoa �datanglah ya Tuhan Yesus� (Wahyu 22:17-20). Akhirnya, Adven mengajak kita untuk menghayati sikap penantian yang disertai dengan kegembiraan bahwa Kristus akan menjelma menjadi daging dan tinggal diantara kita (Yoh 1:14).

Dominus illuminatio mea!

Sunday, November 24, 2013

"Setelah Tahun Iman, bagaimana...?"

Mgr. Petrus Boddeng Timang
Paus Benediktus XVI dalam surat Apostolik Porta Fidei (Pintu kepada Iman) tertanggal 11 Oktober 2011 mencanangkan Tahun Iman yang berlanggsung dari tanggal 11 Oktober 2011 sampai tanggal 24 November 2013. Tanggal 11 Oktober 2012 adalah hari ulang tahun ke-50 Konsili Vatikan II juga ulang tahun ke-20 terbitnya buku Katekismus Gereja Katolik (KGK). 


Konsili Vatikan II menegaskan dan memberikan pengarahan kepada Gereja dalam proses Pembaharuan Diri (aggiornamento) yang sesungguhnya sudah dimulai sejak awal abad ke-20, sedangkan Katekismus Gereja Katolik (KGK), buah sejati Konsili Vatikan II, dimaksudkan sebagai saran bantu untuk katekese umat untuk membeberkan kepada segenap umat beriman gambaran tentang kekuatan dan keindahan iman kepercayaan kita.

Pada tahun 1976, untuk memperingati 1900 tahun wafatnya Rasul Petrus dan Paulus sebagai martir, Paus Paulus VI sudah memaklumkan Tahun Iman untuk mengajak seluruh Gereja memulihkan kembali pemahaman yang tepat atas iman kepercayaan Katolik sehingga dengan demikian juga menguatkan, memurnikan dan mengakuinya. Dengan demikian umat Katolik, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok, dapat memberikan kesaksian iman yang konsisten dalam situasi sosial.
Tahun Iman adalah pertama-tama panggilan untuk pertobatan sejati untuk kembali kepada Tuhan, satu-satunya Juruselamat dunia. 

Melalui wafat dan kebangkitan Kristus, Allah telah menyatakan sepenuh-penuhnya kasih-Nya yang menyelamatkan, yang memanggil manusia kepada pertobatan hidup melalui pengampunan dosa (Kis 5:31). �Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan selama kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru� (Rm 6:4). Sejauh manusia bersedia dengan bebas menanggapi uluran tangan dan panggilah kasih Allah itu, pikiran, persaaan, mentalitas dan perilakunya perlahan-lah dimurnikan dan diubah sedemikian sehingga �bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup didalam aku.� (Gal 2:20). Proses itu berjalan terus sepanjang hidup di dunia iini hingga tiba saatnya kita �sempurna, sama seperti Bapa yang di Surga adalah sempurna� (Mat 5:48; Porta Fidei n.6).

Iman pertama-tama anugerah Allah berkat daya dan penerangan Roh Kudus. Pada hari Pentakosta, Petrus mewartakan misteri Iman Kristiani yang paling inti dan paling dalam �bahwa Allah telah membuat Yesus yang disalibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus� (Kis 2:36). Iman adalah pengakuan �bahwa Yesus adalah Tuhan, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati� (Rm 10:9). Roh Kuduslah yang menganugerahkan iman kepada seseorang. Karena itu Rasul Paulus berani menyatakan �dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan� (Rm 10:10). Maka tahap-tahap dalam proses timbulnya iman adalah:

1. Tuhan dalam Roh-Nya membuka hati seseorang terhadap pewartaan Sabda Allah (Kis 16:14). 

2.Orang bersangkutan bertobat dan memberikan diri dibaptis untuk pengampunan dosa-dosanya (Kis 2:38).

3. Selanjutnya dia menerima anugerah-anugerah Roh Kudus untuk mewartakan dengan bibir dan perbuatan apa yang diimaninya (Rm 9:15).

Beriman bukalah suatu urusan pribadi belaka yang artinya hanya �rohani�. Beriman berarti dimanapun, kapanpun, dalam situasi apapun selalu berpihak pada Allah dan tetap bersama Allah �yang selalu setia dan tetap bersama kita� (1 Tim 2:13).

Pengakuan Iman, Credo, �Aku Percaya� yang diucapkan dengan bibir sesungguhnya adalah pertanggungjawaban, janji setia dan kesaksian bahwa Tuhan Yesus yang kita imani telah mengalahkan kejahatan dan kematian. Apapun juga yang terjadi, seberat apapun cobaan yang menimpa, kita tetap percaya bahwa Dia telah menghancurkan kekuatan si jahat dan dalam Gereja-Nya yang kudus, Dia hadir demi pengampunan dosa dan keselamatan kekal semua orang (Porta Fidei n.15).

Tiga setengah abad yang lalu, Pater Ventimiglia telah menjejakkan iman di bumi Kalimantan. Iman yang ditaburkan tiga setengah abad yang lalu, perlahan tapi pasti, bertumbuh dan berkembang berkat kehadiran para misionari yang mengikuti jejak iman Pater Ventimiglia hingga terbentuklah Vikariat Apostolik Kalimantan yang meliputi hampir seluruh pulau Kalimantan. Pada tahun 1938, Roma mendirikan Prefektur Apostolik Banjarmasin. Peristiwa itu menjadi sejarah bagi Gereja di Keuskupan Banjarmasin pada tahun 2013 ini genap berusia 75 tahun.


Dalam rasa syukur atas 75 tahun usia Keuskupan Banjarmasin, saya mengucapkan selamat melanjutkan Tahun Iman dengan tetap mendalami, menghayati serta mengamalkan iman dalam lingkup pribadi, keluarga, komunitas dan terutama dalam ranah publik.

Pada Pesta Salib Suci, 14 September 2013

+ Mgr. Petrus Boddeng Timang +

Uskup Keuskupan Banjarmasin

Saturday, November 23, 2013

Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam


Perayaan ini ditetapkan oleh Paus Pius XI tahun 1925 pada setiap hari Minggu  terakhir bulan Oktober, menjelas pesta segala orang kudus. Maksud utama perayaan ini sangat spiritual-pedagogis seperti terungkap melalui ensikliknya �Quas Primas�. Beliau sengaja menantang Atheisme dan Sekularisme di zamannya dengan menampilkan Kristus sebagai yang lebih tinggi dan lebih berkuasa daripada segala kekuatan dunia.

Sejak tahun 1970 perayaan ini mengalami perubahan penekanan: Kristus lebih bercorak kosmis dan eskatologis. Oleh karena itu, penempatan tanggalnya pun berubah: bukan lagi pada hari Minggu terakhir bulan Oktober, tetapi pada hari Minggu Biasa XXXIII/ XXXIV, menjelang Hari Minggu I Adventus. Jadi, jelas pula sebagai penutup tahun liturgi Gereja. Kristus adalah Alfa dan Omega.

Injil Tahun A (Mat 25:31-46): mewartakan kabar kedatangan Putra Manusia dengan kemuliaan untuk mengadili manusia dengan penuh kasih pada akhir zaman. Dimensi kosmis-eskatologis tampak jelas disini. Sedangkan Injil Tahun B (Yoh 18:33b-37) tentang Kristus di hadapan Pilatus: �Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.� Tampak dimensi pengalaman mistik umat beriman. Tahun C (Luk 22:35-43): bahwa Kristus yang tersalib adalah Raja bangsa Yahudi. Dimesi penderitaan Kristus sampai wafat-Nya di kayu salib menampakkan sekaligus urapan imamat Sang Raja yang mengurbankan diri sebagai santapan keselamatan abadi.

Prefasi tetap berasal dari susunan tahun 1925, Kristus adalah Imam abadi dan Raja alam semesta, yang akan mempersembahkan segalanya kepada Bapa-nya: �Kerajaan abadi dan universal yakni: Kerajaan Kebenaran dan Kehidupan; Kekudusan dan Rahmat, Keadilan, Cinta Kasih dan Kedamaian.�

Ibadat Harian memuat dua madah yang disusun oleh imam Yesuit, berasal dari tahun 1925 juga. Ibadat Bacaan menyajikan renungan Origenes tentang Kerajaan Allah dalam Kristus yang tinggal didalam diri kita. Disadur oleh Katolisitas Indonesia dari buku Memaknai Perayaan Liturgi karya RP. Bosco Da Cunha O. Carm.

Friday, November 15, 2013

Ex Cathedra dan dogma Infallibilitas

Paus Fransiskus pada kursi Keuskupannya di Katedral Agung Basilika Lateran
Istilah ex cathedra  berasal dari kata-kata bahasa Latin yang berarti �dari takhta Uskup�. Dari kata ini munculah kata Katedral, yang berarti kursi Uskup Diosesan/takhta Uskup yang berada di salah satu gedung gereja di sebuah Keuskupan. Istilah Katedral sudah ada sejak zaman Gereja perdana. Istilah ini sebenarnya hendak menggambarkan wewenang mengajar tertinggi didalam Gereja yang dimiliki oleh Paus selaku pemimpin dari para Uskup sedunia.

Dengan bertindak sebagai imam agung didalam Gereja, Paus adalah yang pertama dari antara yang sederajat (Primus Inter Pares) dan jabatan Paus sebagai penerus Apostolik dari St. Petrus meneruskan jabatan Petrus sendiri selaku pemimpin dari para Rasul. Sehingga ketika Paus mendeklarasikan ajaran iman dan moral secara ex cathedra maka ajaran ini harus dilindungi dengan karunia Infallibilitas Paus. Infallibilitas Paus adalah ketidakdapatan sesat Paus selaku Wakil dari Yesus Kristus (Vicarius Christi) dan Imam Agung dari Gereja Universal dalam mendeklarasikan ajaran iman dan moral kepada umat beriman.

Karunia agung ini tidak hanya terletak pada jabatan Paus namun juga pada Magisterium (Kuasa Mengajar Gereja) salah satu dari pilar iman Gereja Katolik. Kristus sendirilah yang menganugerahkan karunia ini kepada GerejaNya. Kristus memberikan karunia ini secara istimewa untuk melindungi GerejaNya dari alam maut/kesesatan kepada Petrus dan para Rasul dengan kuasa �mengikat dan melepaskan� (Mat 16:18).

Infabillitas Paus menurut definisi dari Konsili Vatikan I dan II
Ungkapan ex cathedra digunakan oleh Konsili Vatikan  I dalam merumuskan Infallibilitas Paus: �Oleh karena itu, dengan setia berpegang pada tradisi yang diterima dari awal agama Kristiani � kami mengajarkan dan merumuskan bahwa adalah suatu dogma yang diwahyukan Allah bahwa, apabila berbicara ex cathedra, Imam Agung Romawi memiliki Infabillitas yang dijanjikan kepadanya dalam diri Santo Petrus dan dengan itu Penebus ilahi mau membantu GerejaNya dalam merumuskan ajaran iman dan moral. Imam Agung Romawi ini berbicara ex cathedra apabila ia mengamalkan tugasnya sebagai gembala dan guru semua orang Kristiani dan dengan wewenang apostolic tertinggi serta bantuan ilahi, merumuskan suatu ajaran iman dan moral yang harus dipatuhi oleh seluruh Gereja. Oleh karena itu pernyataan-pernyataan Imam Agung Romawi seperti itu sedari hakikatnya tidak dapat diubah dan tidak tunduk pada persetujuan Gereja. � (Konstitusi Dogmatis, Pastor Aeternus, Bab IV, paragraph 11).

Sedangkan Konsili Vatikan II didalam dokumen Lumen Gentiumnomor 25 mengajarkan:

�Adapun ciri tidak dapat sesat itu, yang atas kehendak Penebus Ilahi dimiliki Gereja-Nya dalam menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan, meliputi seluruh perbendaharaan Wahyu Ilahi, yang harus dijagai dengan cermat dan diuraikan dengan setia. Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan  saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif.�

�Akan tetapi, bila Imam Agung di Roma atau badan para Uskup bersama dengan beliau menetapkan ajaran, itu mereka kemukakan sesuai dengan Wahyu sendiri, yang harus dipegang teguh oleh semua orang yang menjadi pedoman hidup mereka. Wahyu itu secara tertulis atau melalui secara tradisi secara utuh diteruskan melalui pergantian para Uskup yang sah, dan terutama berkat usaha Imam Agung di Roma sendiri. Berkat cahaya Roh Kebenaran wahyu itu dalam Gereja dijaga dengan cermat dan diuraikan dengan setia.�

Secara sederhana, ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu pernyataan Paus dapat dipandang ex cathedra dan dilindungi oleh Infallibilitas Paus yaitu:
1. Pernyataan tersebut harus universal, yakni dibuat oleh Paus sebagai gembala agung dan guru untuk seluruh Gereja, bukan hanya untuk sebagian dari Gereja.
2. Pernyataan tersebut harus berkaitan dengan masalah iman dan moral.
3. Pernyataan tersebut harus diajarkan secara definitif.

Beberapa kesalahpahaman dalam memahami dogma Infallibilitas
Infallibilitas bukanlah suatu ajaran yang beraliran tenang dalam artian bahwa setiap orang menerimanya, tidak jarang bahwa Infallibilitas sering kali disalahartikan bahkan disalahgunakan oleh sejumlah pihak yang membenci Gereja Katolik. Infallibility (ketidakdapatan sesat) seringkali disalahartikan dengan impeccability (ketidakdapatan berdosa). Mereka mengartikan bahwa Paus yang tidak dapat salah dalam mengajarkan dogma iman dan moral didalam Gereja maka secara otomatis ia pun tidak dapat berdosa atau dilindungi dari dosa karena jabatannya sebagai seorang Paus. Kesalahpahaman ini sebenarnya menyinggung masa kegelapan yang pernah dilintasi oleh Gereja Katolik di masa lalu dimana tidak sedikit Paus, yang berbuat buruk dan tidak bermoral. Sebagai contoh yaitu Paus Alexander VI yang dikenal sebagai Paus yang hidup berfoya-foya, memperkaya dirinya sendiri dan keponakannya Alexander Borgia bahkan sampai memiliki istri dan memperoleh beberapa anak.

Gereja Katolik secara terbuka mengakui dan sadar akan perbuatan buruk yang dilakukan oleh beberapa Paus namun apabila ditelaah kembali, ketika beberapa Paus yang berbuat bejat tersebut mendeklarasikan ajaran iman dan moral, tak pernah sekalipun ajaran tersebut jatuh dalam kesesatan atau didalamnya tercantum suatu kalimat yang salah sehingga mengacu pada konsep pemahaman yang keliru. Ini semua sebagai bukti bahwa Paus itu bisa salah contohnya salah menghitung, berkata-kata dan terutama berbuat dosa karena Paus bukanlah Tuhan, beliau adalah manusia. 

Namun ketika Paus mengumumkan suatu ajaran tentang iman dan moral secara ex cathedra maka perbuatannya itu berada dibawah naungan dari Roh Kudus sendiri, sehingga ajaran tersebut tidak dapat salah. Dilain kesempatan pula, dogma ini tak luput juga dari serangan beberapa kaum yang sebenarnya tidak memahami secara keseluruhan dari dogma ini. Salah satu diantaranya adalah penentangan St. Paulus terhadap St. Petrus (Galatia 2:11-15) harus diperhatikan bahwa sikap Paulus dalam menentang St. Petrus ini bukanlah karena ajaran Petrus yang tidak sesuai dengan Iman Kristen, tetapi sikapnya yang tidak konsisten dalam menerapkan keputusan Konsili Yerusalem mengenai kesamaan kedudukan kaum Yahudi yang bersunat dan sebaliknya. Sebab sebagai manusia Petrus dan penerusnya (para Paus) bisa salah, namun yang tidak bisa salah adalah ketika ia mendeklarasikan ajaran iman dan moral secara definitif yang berlaku untuk Gereja Universal.

Perlu diketahui pula bahwa tidak seluruhnya dari semua pernyataan ex cathedra dimaklumkan sebagai dogma, dalam beberapa dekade terakhir hanya ada dua dogma yang dirumuskan oleh Paus yaitu dogma Maria Dikandung Tanpa Noda oleh Paus Pius IX pada tahun 1854 dan dogma Maria Diangkat Ke Surga, yang ditetapkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1950. Dengan demikian sebagai umat Katolik, kita tidak perlu ragu dalam mempercayai seluruh dogma yang ada didalam Gereja Katolik, karena seluruh dogma yang ada didalam Gereja Katolik berasal dari inspirasi dari Roh Kudus sendiri dan kita harus percaya pula bahwa Kristus tidak akan pernah membiarkan Gereja yang didirikan-Nya sendiri jatuh dalam kesesatan (Mat 16:18) karena Ia akan membimbing Gereja-Nya sampai pada akhir zaman (Mat 28:20).

Dominus illuminatio mea!